Minggu, 03 Juli 2011

SEXY

Ada sebuah pertanyaan. Bukan untuk sembarang orang, lebih tepat dialamatkan kepada manusia-manusia dewasa. Manusia modern, yang berjibaku dengan susahnya dunia, sekaligus bersukacita atas nikmatnya. Apa itu “seksi”?

Saya tidak bisa menampik, bahwa sedikit banyak saya ikut mengamini konsep seksi yang dipercaya khalayak ramai. Seksi didefinisikan atas tubuh dengan ukuran dan bentuk tertentu yang disepakati secara tidak tertulis, seksi adalah keindahan tampakan luar, bagaimana kulit kita dinilai orang lain. Seksi adalah menjadi menarik secara fisik.

Keinginan, atau bahkan keharusan untuk tampil seksi dan menarik di mata orang lain bisa dibidik secara cerdik oleh industri, terutama industri yang berhubungan dengan imej tubuh. Secara sadar kita berbondong-bondong menghabiskan sekian persen dari penghasilan kita untuk membeli baju koleksi terbaru di awal bulan. Diam menahan perih saat muka kita ditusuk-tusuk di klinik kecantikan kulit dan muka. Rela menahan sakit dan lelah saat membentuk otot dan menghilangkan gelambir di gym. Menahan lapar hanya makan sebutir apel supaya jarum timbangan menunjuk ke angka yang membuat hati tenang. Bisa jadi, menjadi seksi adalah salah satu pengorbanan terbesar dari diri seorang manusia, terutama manusia urban.

Industri berkomplot, konsep seksi pun dikerucutkan menjadi satu kiblat. Ambil contoh ajang pemilihan ratu kecantikan sejagad. Walaupun diperuntukkan bagi wanita seluruh dunia dengan segala rupa, tapi tetap saja ada standar baku yang mengarah ke penampilan fisik. Sepanjang pengetahuan saya yang terbatas ini, belum ada, atau bisa jadi tidak akan pernah ada, peserta yang bertubuh besar dan sintal, bergigi gingsul, atau berkacamata. Ada sih pemilihan ratu untuk wanita bertubuh besar, tapi kesan yang ditampilkan justru menjadi ajang lucu-lucuan daripada merayakan kecantikan. Peserta ratu kecantikan sejagad menaburkan bedak bukan hanya dimuka tapi juga di dada supaya menarik perhatian. Mereka menyapukan lotion mahal ke kaki dan tangan supaya tubuh tampak berkilau. Mereka memutihkan gigi mereka supaya senyumnya bisa terkembang sempurna. Mereka menarik dan seksi, karena bertubuh tinggi, berbadan lansing, berkulit mulus, dengan geligi putih. Bisa menjawab pertanyaan dari para juri, menurut saya, hanya menjadi nilai tambah saja. Toh kalau cerdas, tapi gemuk, tetap tidak bisa menjadi ratu. Si Ratu adalah pengejawantahan sempurna atas konsep cantik, menarik, dan seksi yang dibentuk dan dikemas manis oleh komplotan industri dengan bantuan media. Bombardir cuci otak konsep seksi pun sudah tidak lagi diarahkan ke satu gender saja. Industri pakaian bahkan kecantikan untuk pria mulai berjamuran. Ajang-ajang pemilihan untuk pria dengan perut berpetak enam bermunculan. Pria-pria metropolis menjadi korban. Mungkin termasuk saya, secara sadar melompat ke dalam kubangan.

Tapi tunggu dulu, sebenarnya, apa sih alasan manusia ingin menjadi seksi? Menurut saya, alasan utamanya adalah untuk penarik perhatian orang lain. Menjadi atraktif. Tapi, menjadi seksi dengan konsep mengarah ke tampilan fisik dan kulit luar, dengan alasan untuk menarik perhatian orang lain, sama halnya dengan fakta mengapa burung merak atau cendrawasih mempunyai bulu-bulu indah berwarna cerah. Mereka mengembangkan bulu-bulu indah mereka saat musim kawin, mengandalkan tampilan fisik mereka, untuk menarik perhatian lawan jenis mereka. Jadi, sebetulnya, sedikit banyak kita masih mengamini hukum alam seperti hewan-hewan cantik di luar sana. Tapi untungnya, atau justru sayangnya, kita bukan cendrawasih atau burung merak. Kita manusia. Hidup kita tersusun atas konsep-konsep yang jauh lebih kompleks, terutama dalam fenomena interaksi antar manusia. Menarik perhatian orang lain, menjalin hubungan, mencari pasangan, tidak cukup hanya dengan mengandalkan tubuh yang indah dan penampilan fisik yang menarik.

Saat kita memasuki tahap interaksi antar manusia yang lebih dalam, lebih intense dan lebih detail, tampilan seksi sebagai senjata andalan kita sudah tidak lagi bisa membantu banyak. Kita membutuhkan senjata lain yang lebih mumpuni. Apa itu? Bukan, bukan pelet aura atau susuk pengasih. Saya tidak tahu istilah tepatnya apa, tetapi senjata tersebut adalah segala sesuatu yang mengacu kepada kualitas dari dalam diri. Karakter yang kuat, kepribadian yang unik, dan kualitas lain yang distimulasi oleh otak, seperti kecerdasan dan pola pikir. Kualitas-kualitas personal ini menciptakan definisi seksi yang lebih dalam maknanya, dan lebih manusiawi. Paling tidak, otak yang cerdas dan kepribadian yang menawan tidak mungkin dimiliki oleh burung merak atau cendrawasih bukan? Atau sebaliknya, sebodoh-bodohnya kita, tentunya kita tidak mau disamakan dengan burung-burung dan binatang lainnya, yang hanya menggunakan tampilan fisik untuk menarik perhatian. Teman-teman saya, yang memiliki tipe tubuh layaknya gadis-gadis zaman Renaissance dan jelas tidak masuk kategori seksi zaman sekarang, justru adalah manusia-manusia yang memiliki kepribadian paling luar biasa yang saya kenal. Apa mereka seksi? Ya, tentu saja. Bentuk tubuhnya terkompensasi dengan kecerdasan dan jiwa yang hangat. Justru kualitas keseksian mereka sifatnya lebih langgeng daripada seksi secara fisik. Kuncinya, nyaman dengan kulit sendiri. Sayang, faktanya, kebanyakan manusia sulit untuk merasa nyaman dengan tampilan fisik sendiri. Rumput tetangga selalu lebih hijau dari rumput pekarangan kita bukan?

Jadi, apa seksi menurut saya? Seksi, menurut saya, adalah kamu dan saya. Saat kita duduk berhadapan di gerai kopi, dengan secangkir latte ukuran grande di tangan kita masing-masing. Terserah mau rasa apa. Bisa vanilla, capuchino, hazelnut, yang penting ada kamu dan saya. Mengambil tempat di sudut ruang, bersandar di kursi masing-masing dengan meja kecil bundar diantara kita, diiringi bebunyian bernuansa jazz serasa di New Orleans. Udara terasa dingin karena pendingin ruangan, tapi perbincangan kita terasa hangat. Kita berbicara tentang ribuan topik yang sambung menyambung, atau justru melompat-lompat tak terhubung. Tentang konser mini terakhir yang pernah didatangi sampai film festival terakhir yang pernah ditonton. Tentang buku bacaan favorit yang dibaca berkali-kali sampai serial TV yang tidak pernah dilewatkan tiap episodenya. Tentang Zoroaster, kepercayaan orang Persia kuno menyembah api sampai penemuan sarkofagus di tanah Sulawesi. Tentang teori bintang kembar sampai krisis Tulip. Tentang lucunya panda merah sampai seramnya ikan lele Nepal. Tentang kondisi ekonomi negeri tercinta sampai kampanye partai politik yang kita cibir habis-habisan. Berdua kita menertawakan kebodohan yang pernah kita buat sepanjang hidup, sepanjang kita bisa mengingatnya. Karena berdua percaya bahwa kaki kita akan tetap menginjak bumi saat kita sadar bahwa kita bodoh, dan bisa menertawakannya dengan lepas sampai puas. Kita saling lempar balas lelucon, yang mungkin hanya kita yang tahu dimana sisi lucunya. Kita menjadi kita, lepas, tanpa ada imej diri yang perlu ditahan dan dicemaskan.
Menurut saya, seksi dan menarik lebih dari sekadar imej tubuh, penampilan, dan sensualitas. Seksi adalah buah pikir diikuti kuatnya karakter, dan menarik adalah kemampuan menggiring interaksi diikuti kepercayaan diri. Seksi adalah paduan antara kenyamanan atas kulit dengan kualitas isi, diterjemahkan dengan apik saat berbincang di kedai kopi. Seksi adalah kita dan suasana, yang kita bangun dan kita terbuai di dalamnya.

Itu definisi seksi menurut saya. Kalau menurut kamu?

2 komentar:

  1. berdasar tulisanmu ini, berarti aku seksi lahir batin bay :P

    BalasHapus
  2. Ada yg lebih mengerikan: Tikus Afrika Selatan, segede kucing & karnivora.

    BalasHapus