Senin, 20 Juni 2011

Beruntung

Note : Tulisan ini dibuat untuk dimuat di rubrik ‘Story of My Life”, rubrik perkenalan karyawan baru di majalah internal PT Holcim Indonesia Tbk

Story of My Life:
Bayu Edmiralda
Brand Development Coordinator PT. Holcim Indonesia Tbk


Beruntung Bisa Bekerja
Saya cukup dipanggil Bayu. Saya merasa beruntung bisa bekerja di Holcim Indonesia. Sejak lulus dari jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada tahun 2009, saya, sangat beruntung, bisa langsung bekerja. Pengalaman kerja pertama saya di PT. Sari Husada, Danone Baby Nutrition. Kesempatan ini saya dapat setelah saya, dengan sangat beruntung, berhasil menjadi juara pada sebuah kompetisi bisnis yang diselenggarakan oleh perusahaan asal Perancis ini. Selanjutnya, saya dipindah ke Danone Aqua, mengurusi brand Mizone, sebuah merek minuman isotonik. Posisi terakhir saya di sana adalah sebagai Associate Brand Manager. Sekarang, di Holcim saya bekerja di divisi Group Marketing and Branding sebagai Brand Development Coordinator

Tumbuh “Disuapi“ Buku
Seingat saya, saya hampir tidak pernah punya mainan. Dari kecil, saya selalu dihadiahi buku oleh orang tua maupun sanak kerabat. Kisah petualangan Enid Blyton, seri Trio Detektif Alfred Hitchcock, dan analisa-analisa Hercule Poirot oleh Agatha Christie adalah favorit saya kala itu. Jadi ingat, sewaktu kecil ibu saya suka mengajak saya ke pameran buku. Buku yang sudah lama menjadi incaran kami adalah ensiklopedia anak Pintar Widya Wiyata dengan tagline-nya yang terkenal “Mengapa Begini Mengapa Begitu”. Dalam benak saya dan ibu saya kala itu, kami sama-sama tau. Ibu saya tau saya ingin sekali memiliki paket ensiklopedia itu. Tapi saya juga tahu ibu saya tidak mampu membelikannya, yang harga satu paketnya sudah menembus angka 1 juta rupiah, bahkan pada masa 25 perak masih bisa untuk membeli sebungkus permen Sugus. Jadi solusinya, saya membaca di tempat, bab demi bab, seri demi seri, walaupun tidak semuanya selesai saya baca. Sejak itu, saya makin menghormati ibu saya. Bukan hanya karena alasan dia perempuan yang melahirkan saya, tapi karena keberaniannya menghadapi lirikan cemooh “bukannya beli malah baca di tempat” dari si penjaga stand dan pengunjung berduit lainnya. Bahkan untuk anak seusia saya waktu itu, saya tahu rasanya pasti tidak mengenakkan dipandang seperti itu. Kurang ajarnya saya, saya tetap asik membaca, menggunakan privilese sebagai anak kecil yang (pura-pura) tidak tau urusan orang dewasa. Urusan orang dewasa yang penuh pertanyaan Mengapa Begini Mengapa Begitu?
Semakin besar, bacaan saya makin beragam. Buku favorit saya adalah kumpulan cerpen dari pengarang India, Jumpha Lahiri, yang berjudul “Interpreter of Maladies”. Saya juga menyukai film, terutama film festival. Film favorit saya adalah “Dead Poet Society”, yang ceritanya juga mengenai literasi.

Percaya atau Tidak
Secara pribadi, ada beberapa hal yang saya percaya dan tidak. Saya percaya: falsafah Jawa “Kanjeng Gusti Mboten Nati Sare” (Tuhan tidak pernah tidur); hantu; karma; keberuntungan; dan prinsip “Apa yang dipikirkan orang tentang saya adalah urusan mereka, bukan urusan saya’ (what people think about me is their business, not my business). Saya tidak percaya: teori revolusi Darwin; buku-buku pengembangan diri beserta para motivator; ramalan bintang; pemerintah; organisasi berbasis agama; dan keadilan dalam praktek poligami.

1 komentar:

  1. hei.. ngga sengaja nemu blog ini dari googling buku widya wiyata yg mengapa begini mengapa begitu. itu buku booming lagi setelah dicetak ulang dengan konsep lebih canggih, RRPnya sekitar 8 koma sekian jeti. i'm not sure it's worth the price, walopun reviewnya bagus. harga segitu bisa dapet berkardus2 buku dari amazon, lagipula apapun bisa didapet di internet kalo mau usaha dikit. hahaha..

    anyway, you have a very interesting way of thinking! *can't stop reading your blog since i'm sleepless tonight* and very lucky to have such a special mum. :)

    BalasHapus